Karena kesibukannya dalam usaha budidaya jamur tiram, Om Barnas akhirnya tak memiliki waktu untuk mengurus Fretty. “Saya simpan di gudang jamur. Burung sampai tak terurus. Makan dan minumnya pun terkadang nggak sempat terisi, karena saya sering lupa,” kenangnya.
Hal itu berlangsung sampai Fretty berumur dua tahun. Akhirnya, daripada tidak terurus, Om Barnas lalu menitipkan Fretty kepada rekannya yang memiliki kios burung di kawasan Depok. Harapan agar burung cepat laku terjual.
“Syukur-syukur bisa laku sejuta rupiah. Sempat ada yang nawar, tetapi hanya dihargai 900 ribu. Akhirnya transaksi pun batal,” ujarnya.
Burung kembali dipajang di kios. Namun tak ada lagi yang meliriknya. Om Barnas akhirnya mengambil kembali Fretty, dan mencarikan pasangannya. “Daripada di kios nggak laku-laku, lebih baik saya ternak. Siapa tahu bisa produksi,” kata dia.
Fretty yang berjenis kelamin jantan akhirnya bisa berjodoh. Pasangannya sempat bertelur, namun hanya satu butir saja yang menetas, bahkan tak lama kemudian mati. Pasangan Fretty kembali bertelur, tapi tak ada yang menetas.
Karena selalu gagal, pasangan ini akhirnya dipisahkan. Sejak itu terjadi perubahan pada diri Fretty. Dulu dia hanya narik ngekek sedang-sedang saja. Setelah berjodoh, meski akhirnya berpisah, burung rajin bunyi terus-menerus, bahkan ngekeknya menjadi sangat panjang.
Om Barnas iseng-iseng menurunkannya dalam latberan di JP Enterprise Depok. Tak disangka, aksi Fretty justru jadi tontonan. Burung narik ngekek panjang dengan gaya nyeklek, goyang kepala kiri-kanan sambil duduk anteng di tengah tangkringan, tanpa bergeser. Belasan kali narik dengan durasi panjang.
Para penonton dan juri pun berdecak kagum, termasuk Om Jhonpur selalu owner JP Enterprise. Lovebird Fretty langsung meraih juara pertama. Fretty turun lagi di sesi berikutnya, dan kembali meraih juara 1.
Saat itu sudah mulai banyak yang melirik Fretty. Tawaran tak hanya disodorkan di lapangan, tetapi juga lewat telepon, bahkan ada beberapa kicaumania yang datang langsung ke rumahnya.“Sudah ada yang memberi penawaran, mulai dari 350 juta, 500 juta, dan terakhir di Lapangan Banteng dinaikkan jadi 600 juta,” kata Om Barnas.
Nasib Fretty yang tak dilirik di kios burung, dan pernah ditolak sejumlah EO, membuat Om Barnas makin menyayangi jagoannya itu. Bahkan sang ibu meminta dia untuk tidak menjual Fretty.
“Ya, ibu memang melarang saya untuk menjualnya. Bukan berarti saya banyak uang , sehingga menolak pinangan dengan nilai uang sebesar itu. Tetapi rasa sayang ini yang membuat kami enggan melepasnya,” tandasnya.
Perjalanan nasib LB Fretty berujung happy ending. Burung ini makin kerap memberi hadiah uang kepada majikannya. Even-even besar pun sukses dimenanginya, bahkan bisa mencetak hattrick dan quattrick.
semoga menginspirasi
sumber https://omkicau.com/2016/03/08/lovebird-pretty-pernah-dipajang-di-kios-tak-ada-yang-tertarik
0 Response to "Dijual dikios cuma ditawar 900rb. Coba iseng turun lomba malah ditawar 300 Juta"
Posting Komentar